PELATIHAN MUSIK KERONCONG DI KELURAHAN MUJA MUJU
Awalnya, jenis musik keroncong diperkenalkan oleh bangsa Portugis sebagai sarana hiburan bagi para budak Portugis yang berasal dari Afrika Utara dan India. Para budak berkesempatan memainkan alat musik berkolaborasi bersama tuannya, memainkan sejenis musik kerakyatan Portugis yang disebut Fado. Demikian pula para budak yang berasal dari Ambon berkesempatan memainkan instrumen musik dengan mengadopsi gaya fado. Dari sinilah kisah tentang keroncong dimulai pada akhir abad ke-16. Kekuasaan Portugis yang surut dan digantikan oleh kekuasaan Belanda tidak membuat musik yang biasa dimainkan hilang. Para budak Ambon yang tinggal di Kampung Tugu (Jakarta Utara) yang terlanjur terbiasa dengan musik ini, bersama keturunannya terus memainkan musik ini. Dari waktu ke waktu musik ini selalu mengalami perubahan, hingga pada akhirnya pada abad ke-19 disebut dengan nama keroncong. Dalam perjalanannya musik keroncong pernah mengalami masa keemasan dan sangat populer di kalangan anak muda pada masa revolusi. Oleh karenanya pada masa ini lagu-lagu perjuangan banyak yang dimainkan dengan gaya keroncong. Keroncong bahkan mendunia dengan munculnya tokoh keroncong. seperti Gesang dengan karya master piece nya yaitu Bengawan Solo. Penyanyi Waljinah, Sundari Sukoco yang sangat terkenal dan banyak lagi yang lain merupakan bukti bahwa musik keroncong pernah berjaya. Lebih dari itu dengan munculnya Piagam Pelestarian Pusaka 2003, jelas bahwa keroncong adalah salah satu pusaka yang harus dilestarikan.
Upaya untuk melestarikan musik keroncong telah dilakukan oleh Kelurahan Muja Muju. Sebagai wujud nyata dari upaya tersebut, Kelurahan Muja Muju menginisiasi program Pelatihan Musik Keroncong bagi warga Kelurahan Muja Muju. Adapun tempat latihannya berada di RW 11 Kelurahan Muja Muju.